Abstract
Umumnya kehidupan masyarakat Indonesia dipedesaan adalah bercocok tanam padi yang merupakan sektor pertanian, selain itu ada juga yang berladang jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman pangan nasional kedua setelah padi. Jagung sebagai pakan ternak, memiliki pangsa pasar tersendiri di tengah masyarakat sehingga nilai komoditas pasarnya sangat baik. Dampak kondisi ini yang membuat kekuatan bisnis jagung menjadi sangat menguntungkan sehingga masyarakat beralih menanam jagung. Berdasarkan hasil survei dan diskusi dengan kelompok tani Mawar di Nagari Bukik Sikumpa Limapuluh Kota yang sebagian besar masyarakatnya berkehidupan sebagai petani. Perkebunan di Nagari ini lebih cenderung kepada tanaman jagung dikarenakan lebih memilih dalam perawatannya dan harga pasar yang lebih stabil (harga jagung Rp 3.700 per kilogram). Masa pertumbuhan jagung sampai dapat di panen hanya membutuhkan waktu ± 4 bulan. Permasalahan yang terjadi di masyarakat menyangkut dengan proses pemipilan jagung setelah panen. Masyarakat petani kesulitan melakukan proses pengolahan jagung setelah di panen diantaranya mulai dari pengupasan kulit jagung, pemipilan butir jagung, dan penggilingan butir jagung. Biasanya masyarakat petani melakukan proses pengolahan secara manual dengan pekerjaan tangan sehingga membutuhkan waktu yang lama dan melibatkan banyak pekerja dengan pembiayaan upah yang besar. Penerapan teknologi berupa rancang bangun alat pemipil jagung yang disampaikan ke masyarakat petani sebagai upaya meningkatkan produktivitas sehingga berdampak terhadap kesejahteraan dan membangun wawasan masyarakat menjadi sasaran dalam kegiatan program kemitraan masyarakat.
Keywords
Jagung, Pemipil, Produktivitas, Penerapan